Jika
mendengar nama Provinsi Aceh, kira-kira
apa saja yang ada dipikiran anda? ‘Serambi Mekkah’, ‘ Tari saman Aceh’,
kemudian ‘Tsunami’. Yap benar sekali. Sejak akhir tahun 2004, Aceh diingat
dengan kejadian bencana tsunami oleh kebanyakan penduduk Indonesia dan dunia, tepatnya terjadi pada 26 Desember
2004 lalu.
Saat
ini, Aceh menjadi wisata untuk mengenang Tsunami, tempat wisata yang banyak
dikunjungi adalah Taman Edukasi Tsunami dan Monumen Kapal PLTD Apung. Kurang
seru bila sudah berkunjung ke Aceh tetapi belum mengunjungi tempat wisata yang
satu ini. Banyak turis domestik maupun international yang berkunjung.
Diantaranya berasal dari, Provinsi lain dari seluruh Indonesia, Jepang, Korea,
Turki, Eropa, Amerika dll. Hampir dapat dipastikan bahwa, Kapal PLTD Apung
menjadi tujuan wisata wajib bagi para pendatang yang datang ke Banda Aceh.
Kapal
PLTD Apung I (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) ini milik PLN Aceh dengan berat
2.600 ton, panjang 63 meter, dan luas 1.600 m2, dihempas oleh gelombang tsunami dan
terdampar ke darat sejauh kurang lebih 5
km dari laut pada kejadian gempa dengan kekuatan 9.3 SR dan gelombang Tsunami
setinggi 30 meter pada minggu pagi 26 Desember 2004. Kapal ini menjadi salah
satu saksi bisu hebatnya kejadian gempa dan Tsunami di Aceh, yang menghancurkan
beberapa wilayah di Provinsi Aceh serta merenggut korban manusia sekitar
300.000 jiwa. Dua pertiga wilayah Kota Banda Aceh merupakan kawasan yang paling
parah mengalami kehancuran dan setengah dari penduduknya, 230.000 jiwa,
meninggal dunia.
Saat
berkunjung ke lokasi, Pengunjung disuguhkan dengan pemandangan kapal seberat
2.600 ton berada di atas tanah dan diantara rumah-rumah penduduk. Ada pula,
beberapa rumah yang rusak maupun hancur akibat terjangan tsunami, tetap di
dipertahankan sebagaimana aslinya saat setelah Tsunami. Beberapa waktu lalu,
pemerintah setempat merenovasi fasilitas dan memperluas lahan wisata untuk
memudahkan pengunjung menikmati perjalanan dan eksplorasi tempat ini. Terdapat
banyak pemandu wisata yang dengan senang hati akan menceritakan seputar
terjadinya Tsunami di Aceh, bagaimana kapal ini bisa terdampar di daratan,
pengalaman para korban yang selamat karena berada di atas kapal saat Tsunami
terjadi, dan penjelasan tentang kapal ini sendiri. Bahkan mereka menjual CD
yang berisi video kejadian saat tsunami
terjadi di Aceh dari hasil rekaman video korban yang selamat. Pengunjung juga
diperbolehkan menaiki kapal dan mengelilingi seluruh bagian atas kapal.
Ketika berkeliling diatas kapal, pengalaman penulis yang secara
langsung pernah merasakan gempa saat kejadian tersebut, timbul perasaan unik
seperti sedih, terharu, takjub mengingat bagaimana kuasa Tuhan menggerakkan bumi yang dapat
menimbulkan tsunami sampai memberikan bukti
akan kuasa-Nya yaitu terdamparnya kapal ini di daratan. Hal ini pasti
sangat kecil bagi-Nya tetapi kita sebagai manusia tidak mungkin memindahkannya
hanya dengan waktu kurang lebih 3 jam. Di
3 dek teratas kapal, kita dapat melihat banyak peralatan kapal yang
masih dirawat untuk mendukung fasilitas wisata seperti, tali tambang, jangkar,
cerobong asap, beberapa mesin dll. Sedangkan, mesin diesel kapal dipindahkan
untuk dipergunakan kembali.
Selain
itu, Pemandangan sekitar yang dapat dilihat dari atas kapal, memperlihat
panorama kota Banda Aceh yang indah, dikelilingi barisan pengunungan
seolah-olah membantasi daratan dan lautan. Bagian teratas kapal diletakkan 4
buat teropong di setiap sudut kapal sehingga pengunjung dapat melihat
pemandangan sekeliling secara lebih dekat. Didukung dengan cuaca yang cerah,
menyempurnakan perjalanan wisata penulis di tempat ini.
Di
sebelah barat kapal, terdapat Monumen Tsunami. Bangunan ini terdiri dari sebuah
tiang besar dan lebar yang diatasnya terdapat replika kapal kayu yang hancur
akibat terjangan tsunami dan jam besar dengan gambar jarum jam yang menunjukkan
waktu saat Tsunami di Aceh terjadi, pukul 07:55 pagi (minggu, 26 Desember
2004). Di badan tiang, terdapat ukiran nama-nama korban Tsunami yang meninggal dan merupakan penduduk kampung
sekitar, yang dibuat sebagai tanda untuk mengenang mereka. Di belakang tiang
monument, dibuat suatu dinding melengkung, terdapat relief yang menggambarkan
keadaan rumah, gedung, mobil-mobil porak-poranda di dalam gelombang Tsunami.
Relief Kapal PLTD Apung dibuat sangat jelas terbawa dan berada diatas gelombang
Tsunami. Monumen ini dapat dijadikan
media pendidikan tsunami, terutama lebih mudah dipahami oleh anak-anak.
Terlihat beberapa anak bermain di bagian
ini, mengambil foto sebagai kenang-kenangan dan menanyakan “ini gambar apa –
itu gambar apa” kepada orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain.
Sisi
kompleks yang menarik lainnya berada di sisi tenggara kapal. Terdapat museum
foto-foto korban maupun kondisi setelah Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004
silam. Ada yang memperlihatkan kondisi mayat-mayat korban tsunami yang masih
berserakan dipinggir jalan, tersangkup di atap-atap rumah, penduduk yang harus
mengungsi, pembuatan kuburan massal bagi
korban yang sangat banyak dan tidak diketahui identitasnya, kondisi jalan yang
penuh dengan sampah Tsunami, dll. Pengunjung yang mendatangi bagian ini ada
yang memperhatikan foto-foto tersebut dalam diam, sedih dan menangis bagi yang
kehilangan anggota keluarga saat bencana tersebut. Untuk menambah informasi,
juga terdapat poster-poster edukasi Gempa dan Tsunami. Daerah ini juga
dikelilingi dengan taman yang asri, teduh, difasilitasi dengan ayunan anak.
Ramai anak-anak yang memilih bagian ini untuk bermain dan belajar.
Lokasi
wisata tsunami yang satu ini, terletak di Kampung Punge Blang Cut, kota Banda
Aceh, sebelah barat salah satu icon lain
Aceh, Mesjid Raya Baiturrahman, hanya butuh waktu 45 menit bila ingin berjalan kaki dan sekitar
10 menit berkendaraan. Hampir seluruh warga
kota Banda Aceh mengetahui lokasi ini, jadi tidak perlu khawatir
kesulitan dalam bertanya. Bahkan, agar mudah menemukan tempat wisata ini,
penduduk setempat membuat Gapura jalan menuju lokasi yang diapit oleh 2 replika
Kapal PLTD Apung I. Banyak jenis transportasi kota baik angkutan publik maupun
pribadi yang memfasilitasi perjalanan menuju lokasi, seperti Labi-labi (sejenis
angkot Aceh), Becak motor, mobil rental dll.
Salah
satu kemudahan situs wisata ini adalah waktu berkunjung, dibuka setiap hari
dari senin – minggu, dengan jadwal pagi 09.00 – 12.30 WIB dan sore 14.00 –
17.30 WIB. Tidak ada retribusi biaya masuk apapun alias gratis, hanya saja
pengunjung yang menaiki kendaraan seperti mobil, sepeda motor, dll wajib
membayar biaya parkir. Oleh karena itu, situs ini sangat ramai dikunjungi oleh kalangan manapun. Bagi anda yang ingin
berwisata, belajar , plus tanpa menguras biaya banyak, tempat ini sangat
direkomendasikan.
Pemerintah
Aceh, menjadikan Situs ini sebagai salah satu media pendidikan mengenai Gempa
dan Tsunami pada siapa saja yang berkunjung melalui kegiatan-kegiatan diatas.
Salah satu harapannya adalah agar pengunjung mengetahui betapa hebatnya
kejadian bencana ini, kerusakan yang ditimbulkan, dan dapat timbul kesadaran
siap siaga bencana bila sewaktu-waktu kejadian serupa kembali terjadi.
Bagaimana,
tertarik untuk mengunjungi situs yang satu ini? banyak sekali pihak yang
mempublikasinya dan memberikan berbagai informasi yang diperlukan. Bagi anda
yang ingin berkunjung, tentunya ini sangat membantu.