Senin, 10 September 2012

Kapal PLTD Apung I di Punge, Wisata Pendidikan Tsunami

Jika mendengar  nama Provinsi Aceh, kira-kira apa saja yang ada dipikiran anda? ‘Serambi Mekkah’, ‘ Tari saman Aceh’, kemudian ‘Tsunami’. Yap benar sekali. Sejak akhir tahun 2004, Aceh diingat dengan kejadian bencana tsunami oleh kebanyakan penduduk Indonesia  dan dunia, tepatnya terjadi pada 26 Desember 2004 lalu. 




Saat ini, Aceh menjadi wisata untuk mengenang Tsunami, tempat wisata yang banyak dikunjungi adalah Taman Edukasi Tsunami dan Monumen Kapal PLTD Apung. Kurang seru bila sudah berkunjung ke Aceh tetapi belum mengunjungi tempat wisata yang satu ini. Banyak turis domestik maupun international yang berkunjung. Diantaranya berasal dari, Provinsi lain dari seluruh Indonesia, Jepang, Korea, Turki, Eropa, Amerika dll. Hampir dapat dipastikan bahwa, Kapal PLTD Apung menjadi tujuan wisata wajib bagi para pendatang yang datang ke Banda Aceh.




Kapal PLTD Apung I (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) ini milik PLN Aceh dengan berat 2.600 ton, panjang 63 meter, dan luas 1.600 m2,  dihempas oleh gelombang tsunami dan terdampar  ke darat sejauh kurang lebih 5 km dari laut pada kejadian gempa dengan kekuatan 9.3 SR dan gelombang Tsunami setinggi 30 meter pada minggu pagi 26 Desember 2004. Kapal ini menjadi salah satu saksi bisu hebatnya kejadian gempa dan Tsunami di Aceh, yang menghancurkan beberapa wilayah di Provinsi Aceh serta merenggut korban manusia sekitar 300.000 jiwa. Dua pertiga wilayah Kota Banda Aceh merupakan kawasan yang paling parah mengalami kehancuran dan setengah dari penduduknya, 230.000 jiwa, meninggal dunia.


Saat berkunjung ke lokasi, Pengunjung disuguhkan dengan pemandangan kapal seberat 2.600 ton berada di atas tanah dan diantara rumah-rumah penduduk. Ada pula, beberapa rumah yang rusak maupun hancur akibat terjangan tsunami, tetap di dipertahankan sebagaimana aslinya saat setelah Tsunami. Beberapa waktu lalu, pemerintah setempat merenovasi fasilitas dan memperluas lahan wisata untuk memudahkan pengunjung menikmati perjalanan dan eksplorasi tempat ini. Terdapat banyak pemandu wisata yang dengan senang hati akan menceritakan seputar terjadinya Tsunami di Aceh, bagaimana kapal ini bisa terdampar di daratan, pengalaman para korban yang selamat karena berada di atas kapal saat Tsunami terjadi, dan penjelasan tentang kapal ini sendiri. Bahkan mereka menjual CD yang berisi video kejadian saat  tsunami terjadi di Aceh dari hasil rekaman video korban yang selamat. Pengunjung juga diperbolehkan menaiki kapal dan mengelilingi seluruh bagian atas kapal.



Ketika berkeliling  diatas kapal, pengalaman penulis yang secara langsung pernah merasakan gempa saat kejadian tersebut, timbul perasaan unik seperti sedih, terharu, takjub mengingat bagaimana  kuasa Tuhan menggerakkan bumi yang dapat menimbulkan tsunami sampai memberikan bukti  akan kuasa-Nya yaitu terdamparnya kapal ini di daratan. Hal ini pasti sangat kecil bagi-Nya tetapi kita sebagai manusia tidak mungkin memindahkannya hanya dengan waktu kurang lebih 3 jam. Di  3 dek teratas kapal, kita dapat melihat banyak peralatan kapal yang masih dirawat untuk mendukung fasilitas wisata seperti, tali tambang, jangkar, cerobong asap, beberapa mesin dll. Sedangkan, mesin diesel kapal dipindahkan untuk dipergunakan kembali.  



Selain itu, Pemandangan sekitar yang dapat dilihat dari atas kapal, memperlihat panorama kota Banda Aceh yang indah, dikelilingi barisan pengunungan seolah-olah membantasi daratan dan lautan. Bagian teratas kapal diletakkan 4 buat teropong di setiap sudut kapal sehingga pengunjung dapat melihat pemandangan sekeliling secara lebih dekat. Didukung dengan cuaca yang cerah, menyempurnakan perjalanan wisata penulis di tempat ini.





Di sebelah barat kapal, terdapat Monumen Tsunami. Bangunan ini terdiri dari sebuah tiang besar dan lebar yang diatasnya terdapat replika kapal kayu yang hancur akibat terjangan tsunami dan jam besar dengan gambar jarum jam yang menunjukkan waktu saat Tsunami di Aceh terjadi, pukul 07:55 pagi (minggu, 26 Desember 2004). Di badan tiang, terdapat ukiran nama-nama korban Tsunami  yang meninggal dan merupakan penduduk kampung sekitar, yang dibuat sebagai tanda untuk mengenang mereka. Di belakang tiang monument, dibuat suatu dinding melengkung, terdapat relief yang menggambarkan keadaan rumah, gedung, mobil-mobil porak-poranda di dalam gelombang Tsunami. Relief Kapal PLTD Apung dibuat sangat jelas terbawa dan berada diatas gelombang Tsunami.  Monumen ini dapat dijadikan media pendidikan tsunami, terutama lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Terlihat beberapa anak bermain  di bagian ini, mengambil foto sebagai kenang-kenangan dan menanyakan “ini gambar apa – itu gambar apa” kepada orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain.






Sisi kompleks yang menarik lainnya berada di sisi tenggara kapal. Terdapat museum foto-foto korban maupun kondisi setelah Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 silam. Ada yang memperlihatkan kondisi mayat-mayat korban tsunami yang masih berserakan dipinggir jalan, tersangkup di atap-atap rumah, penduduk yang harus mengungsi, pembuatan kuburan massal  bagi korban yang sangat banyak dan tidak diketahui identitasnya, kondisi jalan yang penuh dengan sampah Tsunami, dll. Pengunjung yang mendatangi bagian ini ada yang memperhatikan foto-foto tersebut dalam diam, sedih dan menangis bagi yang kehilangan anggota keluarga saat bencana tersebut. Untuk menambah informasi, juga terdapat poster-poster edukasi Gempa dan Tsunami. Daerah ini juga dikelilingi dengan taman yang asri, teduh, difasilitasi dengan ayunan anak. Ramai anak-anak yang memilih bagian ini untuk bermain dan belajar.



Lokasi wisata tsunami yang satu ini, terletak di Kampung Punge Blang Cut, kota Banda Aceh,  sebelah barat salah satu icon lain Aceh, Mesjid Raya Baiturrahman, hanya butuh waktu  45 menit bila ingin berjalan kaki dan sekitar 10 menit berkendaraan. Hampir seluruh warga  kota Banda Aceh mengetahui lokasi ini, jadi tidak perlu khawatir kesulitan dalam bertanya. Bahkan, agar mudah menemukan tempat wisata ini, penduduk setempat membuat Gapura jalan menuju lokasi yang diapit oleh 2 replika Kapal PLTD Apung I. Banyak jenis transportasi kota baik angkutan publik maupun pribadi yang memfasilitasi perjalanan menuju lokasi, seperti Labi-labi (sejenis angkot Aceh), Becak motor, mobil rental dll.




Salah satu kemudahan situs wisata ini adalah waktu berkunjung, dibuka setiap hari dari senin – minggu, dengan jadwal pagi 09.00 – 12.30 WIB dan sore 14.00 – 17.30 WIB. Tidak ada retribusi biaya masuk apapun alias gratis, hanya saja pengunjung yang menaiki kendaraan seperti mobil, sepeda motor, dll wajib membayar biaya parkir. Oleh karena itu, situs ini sangat ramai dikunjungi  oleh kalangan manapun. Bagi anda yang ingin berwisata, belajar , plus tanpa menguras biaya banyak, tempat ini sangat direkomendasikan.

Pemerintah Aceh, menjadikan Situs ini sebagai salah satu media pendidikan mengenai Gempa dan Tsunami pada siapa saja yang berkunjung melalui kegiatan-kegiatan diatas. Salah satu harapannya adalah agar pengunjung mengetahui betapa hebatnya kejadian bencana ini, kerusakan yang ditimbulkan, dan dapat timbul kesadaran siap siaga bencana bila sewaktu-waktu kejadian serupa kembali terjadi.
Bagaimana, tertarik untuk mengunjungi situs yang satu ini? banyak sekali pihak yang mempublikasinya dan memberikan berbagai informasi yang diperlukan. Bagi anda yang ingin berkunjung, tentunya ini sangat membantu.